Gadis Cantik Ini Tiba-tiba Berperilaku Seperti Dinosaurus dan Berteriak Seperti Monyet.Ternyata Dia Terkena Penyakit Langka Ini...

Iklan bawah judul
Iklan tengah
Seorang gadis remaja mengira dia adalah seorang dinosaurus dan seekor monyet di kebun binatang setelah kondisi otak yang mematikan, memicu halusinasi yang aneh.

Pada bulan Mei 2017, Lucy Evans mulai menampilkan paranoia, perubahan suasana hati dan perilaku yang semakin aneh.


Setelah menderita muntah dan penglihatan yang memburuk, keluarga dari gadis yang berusia 18 tahun itu membawanya ke dokter.

Mereka mengira anaknya menderita episode manic dan depressive. Namun saat Lucy mengalami kejang dan ibunya, Liza (52), merasa yakin ada yang tidak beres.


Akhirnya, seorang dokter rumah sakit mengenali gejala Lucy dan mendiagnosisnya dengan ensefalitis reseptor anti-NMDA. Ini merupakan kondisi yang sangat langka yang hanya mempengaruhi satu dari dua juta orang di seluruh dunia. "Aku menjadi agresif dan kasar.

Aku marah-marah di tempat umum. Aku juga memiliki halusinasi yang jelas tentang hal-hal seperti semua kuku kakiku yang terlepas. Suatu hari, aku mulai membuat suara monyet setiap saat, karena aku mengira aku bagian dari sebuah kebun bintang.

Keesokan harinya, aku pikir aku adalah dinosaurus T-rex [Tyrannosaurus rex] dan mengibaskan rambutku, seolah itu adalah ekorku. Aku juga mulai mewarnai, namun melakukannya begitu banyak hingga tanganku menjadi melepuh". Awalnya dokter mengira dia terkena bipolar.

Namun saat dirawat di sebuah rumah sakit di Swansea, seorang dokter mengenali gejala kondisi tubuhnya yang langka. Lucy diberikan steroid Methylprednisolone selama 12 jam sehari selama lima hari. Steroid diresepkan untuk membunuh sel darah putih yang menyerang otak untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Tahap kedua pengobatan antibodi-rich plasma. "Dua tahap pertama pengobatan kurang efektif daripada yang diharapkan dokter dan mereka mengatakan kepada keluargaku bahwa jika tahap ketiga tidak berhasil, tidak akan ada lagi yang bisa mereka lakukan," Lucy mengungkapkan.

Untuk tahap akhir, Lucy diberi Rituximab, obat yang bekerja dengan cara mengurangi sel B yang menyerang otak. Meskipun ia menderita efek jangka panjang, Lucy sekarang pulih di rumah di Wales dan telah menemukan cintanya.