Astaga! Sudah Hamil 3 Bulan, Ibu Ini Kaget Saat Periksa Ke Dokter Tak Ada Bayi di Dalam Perut. Ternyata...

Iklan bawah judul
Iklan tengah
Kehamilan menjadi satu momen yang ditunggu-tunggu oleh kaum perempuan. Setiap pasangan suami-istri tentu ingin memiliki buah hati dari perkawinan mereka.

Siobhan McFarlane dan Alexander McFarlane adalah sepasang suami-istri yang berasal dari Skye, Skotlandia. Keduanya sudah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki yang bernama James.

Setahun lalu, pasangan McFarlane berencana memberikan adik bagi James yang saat itu berusia 18 bulan, melansir Mirror.

Beberapa minggu kemudian, Siobhan merasa ia tengah hamil. Saat pertama kali mengetes kehamilan, hasilnya negatif.

Namun, beberapa hari kemudian ia mencoba mengetes ulang dan hasilnya positif. Terlepas dari rasa bahagia yang dirasakan, Siobhan dan Alexander sengaja merasakan kehamilan ini sampai melewati trisemester pertama.

Selama beberapa bulan, Siobhan mengalami pilek dan tak bisa makan apapun. Ia hanya mengkonsumi banyak susu untuk kebutuhan nutrisi.

Akhirnya, setelah berjalan 12 minggu, perempuan ini memutuskan pergi ke dokter untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Tak disangka, ia malah mendapat kabar yang sungguh mengerikan.

Saat melihat layar USG, Siobhan melihat gumpalan besar dan aneh di perutnya. Ternyata Siobhan mengidap sebuah kondisi yang disebut kehamilan molar.

Kondisi ini menyebabkan sel telur yang telah dibuahi berkembang biak menjadi sel abnormal, bukannya janin bayi. Meski ia merasa ada yang aneh dengan kehamilannya, Siobhan tak menyangka kabar ini.

Ia tak siap mengetahui bahwa dia tidak sedang mengandung bayi. Ternyata di dalam perut ibu berusia 26 tahun ini terdapat sel tumor yang membuat bayinya tak berkembang.

"Kami hanya duduk dan menangis berjam-jam. Mengira akan punya bayi, ternyata aku mengidap penyakit yang mengerikan.
Tak hanya kehilangan calon anak, aku malah mengidap tumor," jelas Siobhan.

Siobhan merasa sangat terluka dan sedih. Ia harus menjalani operasi untuk mengeluarkan tumor tersebut dan mengangkat janinnya.
Selama 5 bulan berikutnya ia harus menjalani kemoterapi untuk membunuh tumor tersebut.

"Ini adalah pengalaman yang traumatis. Hal yang seharusnya jadi momen paling membahagiakan malah menjadi kenyataan paling mengerikan." ungkapnya.